Wednesday, October 17, 2012

Maniak Reptil Balikpapan

Maniak Reptil Balikpapan - Apa yang dilakukan begitu melihat ular, biawak dan binatang reptil lainnya? Geli, ngeri lantas ketakutan, itu pasti umum terjadi. Tapi tidak bagi anggota Maniak Reptil Balikpapan. Anggota di komunitas pencinta reptil ini malah bersahabat. Mereka asyik bercengkerama.

Seperti yang terlihat Minggu (14/10) sore lalu, saat acara gelaran Forum Otomotif Borneo (FOB) di area parkir Balikpapan Sport and Convention Center (BSCC) atau Dome. Satu stan komunitas ramai dipenuhi orang. Saat mendekat, ada beragam jenis ular, biawak, dan binatang reptil lainnya di stan itu.


Reptil-reptil tadi tidak mengganggu manusia. Binatang-binatang ini sudah jinak dan secara khusus untuk dipelihara sehari-hari. Para pengunjung yang tahu sudah jinak, mencoba memberanikan diri dan berusaha menggendong hewan melata tersebut.

Stan tadi diisi komunitas pencinta reptil, Maniak Reptil Balikpapan. Di acara FOB tadi, komunitas yang akrab disebut MR.B ini memamerkan koleksi dan jenis-jenis binatang reptil milik anggota.

Ditemui di stannya, Humas MRB Atonio Pradana mengatakan, Maniak Reptil Balikpapan berdiri tahun 2009 lalu. Awalnya hanya sekadar melakukan pertemuan sesama pencinta reptil. “Cuma beberapa orang saja dan masih seputar teman-teman dekat. Dari situ, anggota bertambah dan kami sering gelar gathering. Agenda rutin dua minggu sekali setiap jam 4 sore di Lapangan Merdeka,” kata Ato, sapaan akrab Atonio Pradan.

Saat kumpul, Ato dan anggota lain membawa reptil peliharaan masing-masing. Kegiatan ini sekaligus mengenalkan ke masyarakat Balikpapan bahwa tak semua reptil berbahaya. “Reptil seperti ular, biawak dan iguana, bukan untuk dibunuh. Yang perlu dilakukan hanyalah menangkap dan menyerahkannya pada pihak yang ahli,” terangnya.

Menurut Ato, memelihara reptil ada tekniknya. Yang terpenting adalah sentuhan si pemelihara. Sebab, reptil adalah hewan berdarah dingin yang membutuhkan kehangatan. “Sentuhan tadi salah satu kehangatan bagi reptil. Sentuh setiap hari, maka reptil pun akan mengenal si pemilik,” kata pria berusia 26 tahun ini.

Di komunitas yang memiliki anggota berjumlah 30 orang ini tidak satu pun reptil mereka masuk dalam kategori dilindungi negara. Karena, para anggota memperoleh beragam reptil dari berbagai daerah. Misalnya Papua dan Amerika. Untuk menjalani hobi ini, para anggota tak segan rogoh kocek dari Rp 6 juta hingga Rp 20 juta. “Rp 6 juta itu untuk seekor iguana. Kalau ular phyton bisa 20 jutaan,” sebut Ato.
Share on :

No comments:

Post a Comment