Sanggar Senam Chalimatus Sa’diah Samarinda

Sanggar Senam Chalimatus Sa’diah Samarinda - Masa remaja Chalimatus Sa’diah banyak tersita di dunia tari. Mulai tari daerah hingga kreasi modern. Memasuki masa kuliah, ia mulai tertarik dengan senam. Tahun 1990-an, perempuan yang akrab disapa Dio ini menjatuhkan pilihan di sanggar senam di sebuah hotel ternama di Samarinda. Sekarang, dia adalah instruktur senam dengan kategori great profesional.

JUMAT (12/10) pagi, harian ini membuat janji dengan Dio. Saat itu dia sedang menjalankan rutinitasnya sebagai instruktur senam anggota Bhayangkari Polres Kutai Kartanegara (Kukar). Pertemuan pun ditunda hingga menjelang siang di kantornya, Badan Arsip dan Perpustakaan di Jalan Panji, Tenggarong.

Ya, selain sebagai instruktur senam, Dio juga merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemkab Kukar.

“Silakan masuk,” kata Dio menyapa harian ini, saat menyambangi ruangannya.

Tampilan yang segar usai olahraga, membuat ibu satu anak ini terlihat modis. Dio bercerita banyak tentang alasan dirinya tertarik pada senam. Menurutnya, dasar senam tak jauh beda dengan tari.

Sama-sama bergerak dan memerlukan tubuh yang gemulai, namun tetap energik. Hanya, untuk senam memiliki sisi unik. Terutama dalam hal kebugaran dan prestasi.

“Siapapun yang serius di senam, biasanya berasal dari orang-orang yang pernah berprestasi atau ingin berprestasi. Makanya senam itu tidak sekedar bergerak, tapi banyak yang bisa di peroleh dan dilakukan,” kata Dio.

Awal memasuki sanggar senam di sebuah hotel di Samarinda, rupanya membuat Dio semakin akrab sebagai pesenam muda. Dia beberapa kali ditunjuk mengikuti sejumlah perlombaan senam dari berbagai kategori. Keseriusan di bidang ini semakin menjadi tatkala Dio meraih sejumlah penghargaan.

Ia juga sering diundang untuk menjadi instruktur senam di beberapa tempat. Dio pernah mengikuti semacam sekolah sekaligus pelatihan senam di Rebook University Jakarta. Ini adalah tempat mengasah kemampuan senam berlisensi Amerika Serikat. Instrukturnya hampir semua adalah pelatih senam professional asal Australia dan Kuba.

Setelah beberapa kali mengikuti pelatihan tersebut, yakni pada tahun 2005, 2006 dan 2008, akhirnya Dio berhasil masuk kategori professional. Ini tak mudah, karena ketika itu ia tak segan untuk memulai great latihan dari kategori pemula.

Dari sana, Dio pun semakin memahami jika menjadi instruktur senam tak hanya untuk menjaga kebugaran dan berolahraga. Tetapi juga untuk melatih kemampuan seorang instruktur untuk memberikan materi ketika senam. Serta diajarkan membuat gerakan atau koreografi sendiri.

Hingga pada akhirnya, sanggar senam yang dibuat Dio sejak tahun 2000-an mulai ramai. Meski pun tempatnya selalu berpindah-pindah.

Sanggar yang ia beri nama “Dio Fit and Fun Aerobic” itu mulai dilirik sejumlah institusi baik pemerintahan mau pun swasta. Sehingga, tak jarang, ia juga harus membagi waktunya untuk keluarga, pekerjaan sebagai PNS dan instruktur senam.

“Kebetulan saya ini ‘kan juga sebagai PNS. Tapi, saya coba bagi waktu untuk keluarga dan senam,” kata Dio. Di studio senam yang dikelolanya, ia membuka jadwal latihan selama empat kali seminggu. Rata-rata setiap kali pertemuan selama empat jam. Belum termasuk ketika dirinya diundang menjadi instruktur senam di beberapa tempat.

“Jujur, sebenarnya banyak yang menawari tapi saya juga harus profesional dalam membagi waktu,” ujarnya.

Meski pun atmosfer pecinta senam belum sebanding dengan Samarinda dan Balikpapan, namun beberapa perkumpulan di Tenggarong sudah mulai ramai. Banyak manfaat yang diperoleh ketika mengikuti olahraga kebugaran ini. Misalnya, untuk menjaga kebugaran dan metabolisme tubuh, serta menjaga gairah seks dengan pasangan.

“Jangan salah loh, ketika kita habis senam itu, pasti terasa segar dan akhirnya bekerja juga semakin gesit. Makanya, kalau sudah capek habis senam itu, adalah capek segar namanya,” ujar Dio.

Dijelaskannya, beberapa kategori senam yang ia ajarkan di antaranya, low impact, high, impact, body language serta meditasi yoga. Pemberian materi ini, menurutnya, sesuai dengan permintaan dan kondisi kesibukan member-nya.

Ketika ditanya tanggapan suami atas kesibukannya di dunia senam, Dio mengaku justru mendapat motivasi besar dari keluarganya. Apalagi sejak awal, ia mencoba meyakinkan jika kesibukannya sebagai instruktur senam, tidak akan memengaruhi urusan pekerjaan dan rumah tangga. “Wah, alhamdulillah, kalau suami sangat mendukung sekali,” katanya.

Sanggar senam yang dia kelola tak hanya untuk bisnis. Dirinya merasa bersyukur jika selama ini telah diberi kesehatan karena aktivitas tersebut. “Bagi saya ini adalah sedekah keringat. Makanya bukan untuk semata-mata mencari pendapatan tambahan,” ujarnya.

Share on :

Tweet